Pelajaran pertamapun dimulai, pelajaran kesukaan Tari yaitu bahasa inggris. menurutnya pelajaran ini sangat unik, mulai
dari cara penulisannya, cara menyebutkan kata demi kata (yang berbeda
jauh dari tulisannya, pikirkan saja tulisannya one kenapa tiba-tiba
disebut wan?). tapi berbeda terbalik dengan Sisi, ia lebih menyukai
pelajaran yang dipenuhi dengan angka dan perhitungan yang membuat otak
jungkir balik. dan ia juga pernah mengatakan kalau ia sedang bosan atau
tidak bisa tidur ia akan memecahkan beberapa soal
matematika. Anehkan?.
Dan jam bahasa inggris yang diajarkan oleh bu Taripun selesai dengan
berbunyinya bel tanda istirahat,guru yang memiliki badan tinggi ramping
itupun meninggalkan kelas Tari dan para murid yang berada didalamnya
menghambur keluar.
“Kita ke kantin yuk”ajak Sisi setelah memasukkan buku-bukunya kedalam
tas
“oke, yuk” jawab Tari juga setelah melakukan hal yang sama. keduanya
pun keluar kelas, menelusuri koridor yang dipenuhi murid-murid cowok
yang sedang bersenda gurau, saat melewati koridor utama yang kosong
berdirilah seorang cowok tinggi menjulang, berbadan besar. kalau
dikira-kirakan mungkin tinggi badannya itu 180-an atau lebih, habis
postur badannya melebihi murid SMA pada umumnya, yang dikenal oleh Tari
bernama Ari. Ari yang sedang berdiri menyandar pada tembok dan
memasukkannya kedalam saku celana abu-abunya yang terlihat agak kumal
tapi malah membuat cowok itu tambah keren, terlihat nakal namun
manis. Saat berpapasan dengan Tari dan Sisi, Ari mengeluarkan tangan
kanannya dan sedikit melambaikan tangannya pada mereka dengan senyum
manisnya.
“Hai, Tari” sapa ari saat melihat Tari didepannya
“Hai”ucap Tari untuk membalas sapaan cowok manis itu, Sisi terdiam
sejenak lalu menarik-narik tangan Tari untuk cepat-cepat pergi dari
tempat itu.
“ayo, Ri. permisi kak” ucap Sisi agak membungkuk saat meminta izin pada Ari
dan langsung membawa Tari pergi, Tari hanya bisa mengikuti Sisi dengan
kerutan dikeningnya. Dan saat sampai di kantin Sisi langsung mendudukkan Tari di meja kantin yang tak berpenghuni disamping stan makanan dan
mendudukkan dirinya di kursi panjang didepan Tari, sehingga mereka dapat
saling menatap.
“lo kenal sama kak Ari?” ucap Sisi agak berbisik seolah-olah pertanyaan
itu adalah pertanyaan rahasia yang jika diketahui orang lain mereka akan
mati.
Sambil mengerutkan kening yang sedari tadi sudah berkerut Tari menjawab
“iya, dia nganterin gue pulang kemaren” dengan polosnya “lo kenapa sih Si?” tanya Tari karena Sisi tadi sangat aneh dengan menarik-narik dirinya
menjauh dari Ari.