The One and Only You #5

27/08/2014


The One adn Only You
“oke, ayo” ajaknya sambil berjalan menuju parkiran motor, betapa kagetnya Tari saat melihat motor Ari.motor sport berwarna hitam dengan jok yang bagian belakangnya seperti perosotan anak TK, jok itu akan membuat dirinya duduk dengan pantat yang menungging kebelakang. Oh My God, cobaan apa lagi ini? sesal Tari dihatinya.

“ayo naik” ucap Ari setelah motor sudah dinyalakan mesinnya. Tari bingung bagaimana cara dia naik, dia hanya melihat jok tinggi itu. Ari menyadari itu, dipegangnya salah satu tangan Tari lalu dibantunya Tari naik, benar saja jok motor Ari membuat Tari menungging dan menyebabkan dadanya harus bersentuhan dengan punggung Ari, Tari buru-buru menahannya dengan tangan yang berada diantara punggung Ari dan dadanya agar tidak bersentuhan langsung.

“sudah siap?” tanya Ari
“i..iya”
tanpa banyak cincong lagi Ari menggas motornya keluar pagar sekolah, karena gaya grafitasi tubuh Tari terdorong kebelakang yang membuatnya melakukan gerakkan yang tentu saja reflek memeluk pinggang Ari. tubuh Ari menegang merasakan tangan Tari dipinggangnya dan sesaat kemudian ia turunkan kecepatannya membuat gadis diboncengannya melepaskan pelukannya.

“sorry, gue kecepetan ya?” sesal Ari
“gak apa-apa, guenya aja yang letoy” mendengar jawaban Tari, Ari kontan tertawa.
“oh iya lo kelas berapa tar?” tanya Ari setelah tertawanya selesai
“kelas 2-1, lo Ri?” tanya Tari spontan
“gue kelas 3-2” ucap Ari santai tapi membuat Tari menegang, astaga dia kakak kelas, selama ini Tari terus memakai kata lo-gue.
“m..maaf kak, aku gak tau” sesal Tari kulitnya yang langsat tidak bisa menyembunyikan rona merah diwajahnya. tapi tetap dengan santainya yang membuat Tari lega Ari mengatakan “iya gak apa-apa, gue malah seneng lo kayak tadi, biar cepet akrab” dengan intruksi dari Tari akhirnya mereka sampai disebuah rumah sederhana yang memiliki taman cukup besar yang terdapat sebuah gazebo kecil disamping kanannya.
“ini rumah kamu?” tanya Ari “iya kak” Ari tersenyum geli saat mendengar kata ‘kak’ dalam jawaban Tari. ditambah rona merah diwajah Tari membuatnya tak sanggup menahan senyum gelinya menjadi tawa. ”udah ah, gue jadi gak enak gara-gara gue gak ngasih tau dari awal gue senior lo” Tari hanya menunduk lalu tersenyum “terima kasih kak, udah nganterin aku” ucap Tari “sama-sama, gue langsung cabut ya” ucap Ari langsung pergi setelah melihat anggukan kepala Tari.


Bersambung ke part 6

Author by : Irma Fitrianingsih
Part 4 | Part 5 | Part 6
Share
 
Copyright © 2015 HIMAKOM STISIP MBOJO-BIMA
Distributed By My Blogger Themes | Design By Herdiansyah Hamzah