“oke, ayo” ajaknya sambil berjalan menuju parkiran
motor, betapa kagetnya Tari saat melihat motor Ari.motor sport berwarna
hitam dengan jok yang bagian belakangnya seperti perosotan anak TK, jok
itu akan membuat dirinya duduk dengan pantat yang menungging
kebelakang. Oh My God, cobaan apa lagi ini? sesal Tari dihatinya.
“ayo naik” ucap Ari setelah motor sudah dinyalakan mesinnya. Tari bingung
bagaimana cara dia naik, dia hanya melihat jok tinggi itu. Ari menyadari
itu, dipegangnya salah satu tangan Tari lalu dibantunya Tari naik, benar
saja jok motor Ari membuat Tari menungging dan menyebabkan dadanya harus
bersentuhan dengan punggung Ari, Tari buru-buru menahannya dengan tangan
yang berada diantara punggung Ari dan dadanya agar tidak bersentuhan
langsung.
“sudah siap?” tanya Ari
“i..iya”
tanpa banyak cincong lagi Ari menggas motornya keluar pagar
sekolah, karena gaya grafitasi tubuh Tari terdorong kebelakang yang
membuatnya melakukan gerakkan yang tentu saja reflek memeluk pinggang Ari. tubuh Ari menegang merasakan tangan Tari dipinggangnya dan sesaat
kemudian ia turunkan kecepatannya membuat gadis diboncengannya
melepaskan pelukannya.
“sorry, gue kecepetan ya?” sesal Ari
“gak apa-apa, guenya aja yang letoy” mendengar jawaban Tari, Ari kontan
tertawa.
“oh iya lo kelas berapa tar?” tanya Ari setelah tertawanya selesai
“kelas 2-1, lo Ri?” tanya Tari spontan
“gue kelas 3-2” ucap Ari santai tapi membuat Tari menegang, astaga dia
kakak kelas, selama ini Tari terus memakai kata lo-gue.
“m..maaf kak, aku gak tau” sesal Tari kulitnya yang langsat tidak bisa
menyembunyikan rona merah diwajahnya. tapi tetap dengan santainya yang
membuat Tari lega Ari mengatakan “iya gak apa-apa, gue malah seneng lo
kayak tadi, biar cepet akrab” dengan intruksi dari Tari akhirnya mereka
sampai disebuah rumah sederhana yang memiliki taman cukup besar yang
terdapat sebuah gazebo kecil disamping kanannya.
“ini rumah kamu?” tanya Ari
“iya kak” Ari tersenyum geli saat mendengar kata ‘kak’ dalam jawaban Tari. ditambah rona merah diwajah Tari membuatnya tak sanggup menahan
senyum gelinya menjadi tawa. ”udah ah, gue jadi gak enak gara-gara gue gak
ngasih tau dari awal gue senior lo” Tari hanya menunduk lalu tersenyum “terima kasih kak, udah nganterin
aku” ucap Tari
“sama-sama, gue langsung cabut ya” ucap Ari langsung pergi setelah melihat
anggukan kepala Tari.